Sabtu, 10 November 2007

TINJAUAN PELAKSANAAN KEGIATAN LABORATORIUM DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN SE-KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat dengan BSNP (2006:451) menyatakan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Biologi berkedudukan sebagai salah satu mata pelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mnyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses Sains. Keterampian proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja. Hal ini merupakan suatu kegiatan Laboratorium. Kemudian BSNP (2006:4) menyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diharapkan dalam KTSP mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk sikap dan khususnya keterampilan lebih banyak dapat diterapkan melalui kegiatan praktikum di Laboratorium. Selanjutnya sekolah juga dituntut untuk dapat mengantarkan lulusannya kepada keunggulan diri sebagai sosok yang tangguh, kreatif, mandiri, jujur, dan berdisiplin, yang kesemuanya itu dapat dibentuk salah satunya melalui aktivitas-aktivitas terencana dari suatu kegiatan Laboratorium yang sudah terprogram dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KTSP yang baru saja bergulir pada tahun 2006 ini juga mementingkan keterampilan proses/psikomotor yang merupakan kegiatan Laboratorium.
Sesuai dengan pendapat diatas, Tarmizi (2005:1) dalam bukunya menuliskan bahwa tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan anak didik untuk menghadapi tingkat (kelas) yang lebih tinggi.
2. Menjadikan anak didik memiliki sikap ilmiah (scientific attitude).
3. Untuk menerangkan peristiwa-peristiwa alam yang sekali pandang adalah aneh.
4. Mempersiapkan anak didik untuk terjun ke masyarakat.
5. Untuk menambah dan memperkokoh kepercayaan atau keimanan anak terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta dan penguasa alam semesta.
Kemudian, Tarmizi (2005:2-4) juga menuliskan bahwa praktikum IPA mempunyai beberapa manfaat:
1. Pengajaran IPA melalui Fisika, Kimia, dan Biologi. Alangkah anehnya jika IPA diajarkan tanpa praktek atau pengukuran.
2. Sebagai pembentuk sikap ilmiah (scientific attitude). Beberapa sikap ilmiah adalah sebagai berikut:
a. IPA adalah rasional.
b. Bersikap ingin tahu.
c. Bersikap kritis.
d. Bersikap tabah dan ulet.
e. Sangat menghargai waktu.
f. Suka bekerja untuk kepentingan umum dan kemajuan ilmiah.
3. Tempat melatih skill/keterampilan.
4. Tempat melatih ketelitian.
5. Alat melatih kesabaran.
6. Tempat belajar mengatur waktu.
7. Melatih sifat sadar lingkungan.
Disamping itu, perhatian terhadap pendidikan dan pengembangan Biologi telah dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu dalam mata pelajaran IPA, sampai pada tingkat SMA menjurus menjadi mata pelajaran Biologi di SMA. Dalam menunjang pengajaran Biologi di sekolah, maka pengadaan sumber belajar Biologi, pengadaan Laboratorium, melengkapi media pengajaran dan menatar guru-guru Biologi mutlak harus dilakukan. Pemerintah telah melengkapi sekolah, khususnya sekolah negeri dengan Laboratorium Pembelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran Sains, kegiatan Laboratorium sudah mulai dilaksanakan pada masa berlakunya Kurikulum 1974. Jadi sebenarnya pembinaan Laboratorium sudah cukup lama dilaksanakan. Selain itu, siswa harus ikut aktif dalam proses pembelajaran Biologi tersebut, agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pada pengalaman penulis di sekolah selama menempuh Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan selama penulis menempuh pendidikan di sekolah selama ini, terkesan sering ditemukan guru hanya melaksanakan kegiatan pengajaran dengan menggunakan metode ceramah dan jarang melakukan praktikum di Laboratorium. Penggunaan metode ceramah mengakibatkan ide dan keterampilan psikomotor siswa sulit disalurkan, sehingga kemampuan siswa tidak berkembang dan tujuan belajar yang dicapai kurang optimal. Dengan demikian guru perlu merancang kegiatan belajar mengajar yang lebih mengarah kepada keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustaman (2003:123-124) yang menyatakan bahwa penggunaan metode ceramah membuat siswa kurang dirangsang kreativitasnya dan tidak membuat siswa aktif mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi.
Kegiatan belajar mengajar yang dapat menuntut keterlibatan siswa secara aktif diantaranya dengan menggunakan metode mengajar eksperimen, ekspositori/ pameran dan demonstrasi yang merupakan kegiatan Laboratorium. Dengan metode ini siswa dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala alam. Kegiatan Laboratorium juga dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, mengikutsertakan mental siswa dan bukan sekedar menerima ilmu saja. Di samping itu siswa akan merasa dirinya berperan, sehingga membangkitkan minat dan semangat belajar mereka. Senada dengan ini, DIKNAS (2003:12) mengungkapkan bahwa “kita belajar hanya10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”. Jadi persentase penyerapan pelajaran oleh siswa yang lebih banyak adalah jika siswa katakan dan lakukan sendiri yaitu sebesar 90%, hal ini sama sifatnya dengan kegiatan Laboratorium yang juga meningkatkan daya serap siswa terhadap apa yang dipelajari.
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:7), suatu sekolah yang mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hendaknya mempunyai Laboratorium. Karena dalam pelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar mendengarkan keterangan dari guru, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu diperlukan ruang khusus yaitu Laboratorium. Dengan adanya Laboratorium, diharapkan pengajaran IPA dapat dilaksanakan menurut yang seharusnya.
Tidak semua sekolah memiliki Laboratorium. Hal ini tentu saja merupakan salah satu kendala bagi dunia pendidikan saat ini. Untuk bisa maju, sekolah harus bisa menghasilkan lulusan yang berkompeten bukan hanya secara teori, tetapi juga praktek. Salah satu unsur pendukung penting dalam praktek ialah tersedianya Laboratorium. Guru Biologi dituntut untuk lebih kreatif. Tuhan menciptakan alam semesta untuk dinikmati dan difungsikan. Pada dasarnya, semua guru Biologi dapat menggunakan Laboratorium alamiah yang sudah tersedia di sekolah. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai alat pelajaran. (Wicahyono, 2003:30-31)
Selain itu banyak lagi permasalahan Laboratorium sekolah yang lain, seperti permasalahan yang menyangkut pelaksanaan kegiatan Laboratorium. Menurut Wicahyono (2003:31), ada beberapa strategi pemanfaantan Laboratoium agar suatu Laboratorium dapat berfungsi secara maksimal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Guru mengetahui dan menguasai fungsi Laboratorium.
2. Guru mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi yang terkait dengan Laboratorium.
3. Guru mengetahui dan menguasai alat dan bahan praktek di Laboratorium.
4. Guru membuat jadwal kunjungan ke Laboratorium secara terecana dan terarah.
5. Guru memotivasi dan membekali pengetahuan serta keterampilan siswa dalam pemanfaatan Laboratorium.
6. Melengkapi Laboratorium dengan perpustakaan mini.
7. Mengadakan seminar atau diskusi hasil praktek/percobaan di Laboratorium.
8. Mengeksplorasi lingkungan sekitar/alam terbuka sebagai sarana Laboratorium.
9. Mengadakan kerjasama dengan Laboratoium sekolah lain/perusahaan lain dalam rangka pengembangan Laboratorium.
10. Mengadakan anggaran yang memadai secara kontinyu dan pasti dalam rangka pengadaan alat dan bahan, peningkatan profesionalisme guru dan Laboran, serta kerjasama antara Laboratorium sekolah, perusahaan dan industri terkait.
Apakah strategi pemanfaantan Laboratoium di atas sudah terlaksana dengan baik dalam pembelajaran Biologi di sekolah? Hal ini penting diketahui karena di dalam KTSP yang baru saja bergulir juga mementingkan keterampian proses/psikomotor selain kemampuan koknitif dan afektif. Sehingga, apabila ditemukan kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan Laboratorium dalam pembelajaran Biologi di sekolah nantinya dapat dilakukan perbaikan untuk kedepannya. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran Biologi nantinya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penulis tertarik melaksanakan penelitian tentang “Tinjauan Pelaksanaan Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi di SMAN Se-Kota Padang”.

B. Batasan Masalah

Seperti yang diungkapkan dalam latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana sebenarnya pelaksanaan kegiatan Laboratorium dalam pembelajaran Biologi di sekolah. Kegiatan Laboratorium tersebut padat dijalankan dengan metode eksperimen, ekspositori/pameran ataupun demonstrasi, baik diruang tertutup maupun alam terbuka seperti di kebun sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah: Apakah sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang telah melaksanakan kegiatan Laboratorium dalam pembelajaran Biologi dengan cara yang baik?

D. Asumsi Penelitian

Adapun yang menjadi asumsi dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang telah dilengkapi dengan Laboratorium yang memadai, baik berupa ruang tertutup ataupun alam terbuka.
2. Guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang mengisi kuisioner/angket yang telah disediakan dengan sejujur-jujurnya.

E. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertannyaan-pertannyaan yang harus dijawab melalui penelitian ini agar rumusan masalah dapat dipecahkan adalah sebagai berikut:
1. Berapa persenkah guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang mengetahui dan menguasai fungsi Laboratorium?
2. Berapa persenkah guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi yang terkait dengan Laboratorium?
3. Berapa persenkah guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang mengetahui dan menguasai alat dan bahan praktek di Laboratorium?
4. Berapa persenkah guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang membuat jadwal kunjungan siswa ke Laboratorium secara terecana dan terarah?
5. Berapa persenkah guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang memotivasi dan membekali pengetahuan serta keterampilan siswa dalam pemanfaatan Laboratorium?
6. Berapa persenkah sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang melengkapi Laboratorium dengan perpustakaan mini?
7. Berapa persenkah guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang meminta siswa mengadakan seminar atau diskusi hasil praktek/percobaan siswa di Laboratorium?
8. Berapa persenkah guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang meminta siswa mengeksplorasi lingkungan sekitar/alam terbuka sebagai salah satu sarana Laboratorium?
9. Berapa persenkah sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang mengadakan kerjasama dengan Laboratoium sekolah lain/perusahaan lain dalam rangka pengembangan Laboratorium?
10. Berapa persenkah sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang mengadakan anggaran yang memadai secara kontinyu dan pasti dalam rangka pengadaan alat dan bahan, peningkatan profesionalisme guru dan laboran, serta kerjasama dengan Laboratorium sekolah lain, perusahaan dan industri terkait?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang dalam melaksanakan kegiatan Laboratorium dalam pembelajaran Biologi dengan cara yang baik.
2. Untuk mengetahui kemampuan guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang dalam mengetahui dan menguasai fungsi Laboratorium.
3. Untuk mengetahui kemampuan guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi yang terkait dengan Laboratorium.
4. Untuk mengetahui kemampuan guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang dalam mengetahui dan menguasai alat dan bahan praktek di Laboratorium.
5. Untuk mengetahui kemampuan guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang dalam membuat jadwal kunjungan siswa ke Laboratorium secara terecana dan terarah.
6. Untuk mengetahui kemampuan guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang dalam memotivasi dan membekali pengetahuan serta keterampilan siswa dalam pemanfaatan Laboratorium.
7. Untuk mengetahui kemampuan sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang dalam melengkapi Laboratorium dengan perpustakaan mini.
8. Untuk mengetahui kemampuan guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang dalam meminta siswa mengadakan seminar atau diskusi hasil praktek/percobaan siswa di Laboratorium.
9. Untuk mengetahui kemampuan guru-guru Biologi di SMAN se-kota Padang dalam meminta siswa mengeksplorasi lingkungan sekitar/alam terbuka sebagai salah satu sarana Laboratorium.
10. Untuk mengetahui kemampuan sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang dalam mengadakan kerjasama dengan Laboratoium sekolah lain/perusahaan lain dalam rangka pengembangan Laboratorium.
11. Untuk mengetahui kemampuan sekolah-sekolah di SMAN se-kota Padang dalam mengadakan anggaran yang memadai secara kontinyu dan pasti dalam rangka pengadaan alat dan bahan, peningkatan profesionalisme guru dan laboran, serta kerjasama dengan Laboratorium sekolah lain, perusahaan dan industri terkait.

G. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, kenyataan yang terungkap dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Departemen Pendidikan, khususnya wilayah kota Padang, sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah selanjutnya dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan Laboratorium khusunya dalam pembelajaran Biologi di sekolah sebagaimana yang dituntut dalam KTSP yang baru saja bergulir.
2. Universitas Negeri Padang (UNP), khususnya jurusan Biologi, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan calon guru Biologi di masa yang akan datang khususnya dalam keterampilan pelaksanaan kegiatan Laboratorium.
3. Sekolah, khususnya sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan pelaksanaan kegiatan Laboratorium khusunya dalam mata pelajaran Biologi sebagaimana yang dituntut dalam KTSP yang baru saja bergulir.
4. Guru Biologi, sebagai masukan agar selalu berusaha lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan Laboratorium, agar pembelajaran Biologi berjalan sebagaimana mestinya.
5. Mahasiswa calon guru Biologi, sebagai masukan supaya mempersiapkan diri lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan Laboratorium nantinya.

H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan pemahaman mengenai istilah yang terkandung dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan definisi operasional sebagai berikut:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Laboratorium adalah tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan (penyelidikan). Apabila dihubungkan dengan IPA, secara singkat dapat didefinisikan bahwa Laboratorium ialah tempat percobaan dan penelitian dilakukan. Tempat ini dapat berupa suatu ruangan tertutup atau alam terbuka, misalnya kebun.
2. Pelaksanaan kegiatan Laboratorium yang dimaksud adalah cara yang ditempuh oleh sekolah dalam rangka memanfaatkan Laboratorium secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga didapatkan hasil yang memuaskan.
3. Pembelajaran Biologi yang dimaksud adalah suatu proses belajar dan mengajar dalam mata pelajaran Biologi.
4. SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) yang dimaksud adalah SMAN se-Kota Padang yaitu SMAN 1 Padang sampai SMAN 15 Padang.








II. KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Laboratorium
a) Pengertian Laboratorium
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:7), Laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam pengertian yang terbatas Laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti (2005:1) “Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur Laboratorium yang lengkap”. Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004:40) “pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah Laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”.
b) Jenis Laboratorium
Laboratorium dapat bermacam-macam jenisnya. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 41):
Di Sekolah Menengah, umumnya jenis Laboratorium disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan Laboratorium tersebut. Karena itu di sekolah-sekolah untuk pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi. Di SLTP mungkin hanya ada Laboratorium IPA saja. Di Perguruan Tinggi, untuk satu jurusan saja, mungkin terdapat banyak Laboratorium. Di Jurusan Biologi, Kita kenal Laboratorium Fisiologi, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Ekologi, Laboratorium Genetika dan lain-lain. Bahkan ada Laboratorium yang lebih spesifik lagi seperti Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan.
Selain itu menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 41) “Kadang-kadang atas pertimbangan efisiensi, suatu ruangan Laboratorium difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk proses belajar mengajar IPA. Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Science classroom-laboratory. Kelebihan jenis Laboratorium ini bersifat multi guna.”.
c) Fungsi/Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran
Amien dalam Tarmizi (2005:1-2) mengemukakan bahwa fungsi Laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Alat (tempat) untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan-keterangan (informasi).
2. Alat untuk mentukan hubungan sebab-akibat (causalitas).
3. Alat untuk membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena tertentu. Suatu fenomena apabila sudah dibuktikan kebenarannya dapat dijadikan hukum atau dalil.
4. Alat untuk mempraktekkan sesuatu yang diketahui.
5. Alat untuk mengembangkan keterampilan.
6. Alat untuk memberikan latihan
7. Alat untuk membentuk siswa belajar menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan problem.
8. Alat untuk melanjutkan/melaksanakan penelitian perorangan (individual research).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006:15) fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/PA adalah:
1. Tempat pembelajaran Sains/PA.
2. Tempat peragaan Sains/ PA.
3. Tempat praktik Sains/ PA.
Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 42-43) fungsi Laboratorium adalah sebagai berikut:
... Laboratorium memiliki peran sebagai tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Di dalam pembelajaran sains, Laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas. Bahkan mungkin sebaliknya bahwa yang berperan utama dalam pembelajaran sains adalah Laboratorium, sedangkan kelas sebagai tempat kegiatan penunjang. Fungsi lain dari Laboratorium adalah sebagai tempat display atau pameran. Contohnya kita dapat menyaksikkan adanya sejumlah spesimen hewan atau tumbuhan yang sengaja dipampang untuk pembelajaran. Kadang-kadang di dalam Laboratorium juga dikoleksi sejumlah spesies langka atau bahkan yang sudah punah, baik yang mikroskopis maupun yang makroskopis. Dalam hal ini Laboratorium ternyata juga dapat berperan sebagai museum kecil. Selain itu masih banyak lagi peranan Laboratorium, sebagai perpustakaan IPA, sumber-sumber IPA.
d) Fasilitas Laboratorium
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995: 7-8), sebagai tempat untuk melaksanakan pendidikan IPA, Laboratorium memerlukan perlengkapan:
1. Perabot.
2. Alat peraga pendidikan.
3. Perkakas.
4. Kotak PPPK beserta isinya.
5. Alat pemadam kebakaran.
6. Alat untuk membersihkan dan membantu membersihkan.
7. Kumpulan buku.
Di samping Laboratorium sebagai ruangan tempat siswa melakkukan kegiatan pelajaran IPA, terdapat ruangan-ruangan lain yang merupakan bagian dari Laboratorium. Ruangan ini sebagai ruangan penunjang kegiatan IPA:
1. Ruang persiapan.
2. Ruang penyimpanan (gudang).
3. Ruang gelap.
4. Ruang timbang.
5. Kebun sekolah dan rumah kaca.
Selain itu, menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 44) tentang fasilitas Laboratorium adalah sebagai berikut:
Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian Laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dll.
Kemudian menurut Wicahyono (2003:30), komponen yang harus ada dalam sebuah ruangan sehingga layak dsebut sebuah Laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Perabot: meja, kursi, lemari, dan rak
2. Alat peraga pendidikan
3. Perkakas: obeng, tang, pisau, catut, gergaji, kikir, palu, gunting, pemotong kaca, pelubang gabus, dan sebagaiya
4. Kotak PPPK berserta isinya
5. Alat pemadam kebakaran
6. Alat pembersih
7. Kumpulan buku, katalog, buku petunjuk
8. Tata tertip: larangan, suruhan, petunjuk.
9. Alat dan bahan praktik
e) Prinsip Dasar Penataan Ruang Laboratorium
Menurut Wicahyono (2003:30), untuk menentukan apakah suatu ruangan itu cocok atau tidak untuk dijadikan Laboratorium, kita perlu memperatikan beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya. Apabila memungkinkan, ruangan Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan ruangan kelas. Hal ini perlu untuk menghindari terganggunya proses belajar-mengajar di kelas yang dekat dengan Laboratorium akibat dari kegiatan yang berlangsung di Laboratorium, baik suara atau bau yang ditimbulkan.

2. Struktur Oranisasi dan Pengelolaan Laboratorium
Agar kesinambungan dan daya guna Laboratorium dapat dipertahankan, Laboratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelolaan Laboratorium ini adalah staf atau personal Laboratorium. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 46-47) tentang struktur organisasi dan pengelolaan Laboratorium adalah sebagai berikut:
Staf atau personal Laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi Laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya Laboratorium dikelola oleh seorang penanggung jawab Laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (Fisika, Kimia atau Biologi). Di Perguruan Tinggi yang bertindak sebagai penanggung jawab Laboratorium adalah kepala Laboratorium yang diangkat oleh Ketua Jurusan atau Pimpinan Perguruan Tinggi, tergantung status Laboratoriumnya, apakah Laboratorium Pusat atau Laboratoriun Jurusan. Di Sekolah Menengah, pengelola Laboratorium betanggung jawab kepada Kepala Sekolah. Selain pengelola Laboratorium biasanya terdapat pula seorang Teknisi Laboratorium. Tugas Teknisi Laboratorum membantu penyiapan bahan-bahan/alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola Laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi Laboratorium. Pada struktur organisasi tersebut dicantumkan pula para guru mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi sebagai penanggung jawab masing-masing alat/bahan. Sebagai contoh struktur organisasi tersebut dapat dilihat dapat bagan berikut:

Kepala Sekolah
Bagian Kurikulum
Penanggung Jawab Laboratorium
Teknisi Laboratorium
Koordinator Lab Kimia
Koordinator Lab Biologi
Guru Fisika
Guru Biologi
Koordinator Lab Fisika
Guru Kimia

















Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Laboratorium
(Sumber: Wirjosoemarto dkk, 2004: 47)

Tugas penanggung jawab Laboratorium selain mengkoordinir berbagai aspek Laboratorium, juga mengatur penjadualan penggunaan Laboratorium. Penjadualan ini dikoordinasikan dengan bagian kurikulum dan mempertimbangkan usulan-usulan guru.
Pada Laboratorium dengan peralatan Laboratorium yang rumit atau kompleks, biasanya perlu diangkat seorang Operator alat. Operator alat bertanggung jawab terhadap alat yang dioperasikannya, oleh karena itu Operator harus selalu siap jika sewaktu-waktu alat tersebut digunakan.
Kemudian menurut Wicahyono (2003:31), agar dapat berfungsi maksimal, Laboratorium harus dimanfaatkan dengan cara benar. Untuk itu, Laboratorium harus ditangani oleh seorang guru khusus yang disebut Laboran. Namun, apabila di sekolah tidak ada tenaga khusus untuk itu, guru yang biasanya membimbing praktik di Laboratorium. Kemudian demi ketertipan pengelolaan Laboratorium, diperlukan beerapa buku catatan seperti:
a. Buku stok
b. Kumpulan daftar pembelian dan penerimaan.
c. Buku catatan barang pecah, rusak, hilang, habis.
d. Buku harian yang berisi catatan frekuensi penggunaan alat.

3. Strategi Pemanfaatan Laboratorium
Menurut Wicahyono (2003:31), ada beberapa strategi pemanfaantan Laboratoium agar suatu Laboratorium dapat berfungsi secara maksimal, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Guru mengetahui dan menguasai fungsi Laboratorium.
b. Guru mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi yang terkait dengan Laboratorium.
c. Guru mengetahui dan menguasai alat dan bahan praktek di Laboratorium.
d. Guru membuat jadwal junjungan ke Laboratorium secara terecana dan terarah.
e. Guru memotivasi dan membekali pengetahuan serta keterampilan siswa dalam pemanfaatan Laboratorium.
f. Melengkapi Laboratorium dengan perpustakaan mini.
g. Mengadakan seminar atau diskusi hasil praktik/percoaan di Laboratorium.
h. Mengeksplorasi lingkungan sekitar/alam terbuka sebagai sarana Laboratorium.
i. Mengadakan kerjasama dengan Laboratoium sekolah lain/perusahaan lain dalam rangka pengembangan Laboratoium.
j. Mengadakan anggaran yang memadai secara kontinyu dan pasti dalam rangka pengadaan alat dan bahan, peningkatan profesionalisme guru dan Laboran, serta kerjasama antara Laboratorium sekolah, perusahaan dan industri terkait.

4. Laboratorium Alamiah
Menurut Wicahyono (2003:31), tidak semua sekolah memiliki Laboratorum. Kalaupun ada, sebahagian besar peralatannya sudah tidak berfungsi lagi. Untuk itu, guru IPA dituntut untuk lebih kreatif. Tuhan menciptakan alam semesta untuk dinikmati dan difungsikan. Pada dasarnya, semua guru IPA dapat menggunakan Laboratorium alamiah yang sudah tersedia di sekolah. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai alat pelajaran. Salah satu jenis sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan sekitar adalah peristiwa alam.

5. Metode Pengajaran di Laboratorium
Adapun rumusan kegiatan Laboratorium menurut Tarmiza (2005:1) meliputi demostrasi, anak didik hanya memperhatikan cara-cara melakukan praktikum yang dilakukan oleh seorang guru, kegiatan perorangan atau kelompok kecil. Jadi, siswa harus aktif melakukan praktikum.
a) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Melalui demonstrasi materi pelajaran akan lebih jelas dipahami siswa dan lebih konkrit, karena mereka melihat secara langsung, sehingga diharapkan siswa menjadi lebih mudah memahami materi tersebut. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh guru sendiri atau dibantu beberapa siswa, dapat pula dilakukan oleh sekelompok siswa. Metode demonstrasi ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, sehingga memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang serta memerlukan waktu yang lama. Fasilitas seperti peralatan, jika tidak tersedia harus diusahakan keberadaannya dengan membuat sendiri. Satu hal yang harus diingat oleh guru yang akan melakukan demonstrasi, yaitu tempat melaksanakan harus cukup tinggi sehingga proses dapat diamati oleh seluruh siswa. (Rustaman dkk, 2003:127)
b) Metode Ekspositori/ Pameran
Menurut Rustaman dkk (2003:127), metode ekspositori adalah sebagai berikut:
Metode ini sering dianggap sama dengan metode demonstrasi. Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
Jika seorang guru mengajar dengan menggunakan model, misalnya sistem alat pencernaan, berarti guru tersebut menggunakan metode ceramah dengan metode ekspositori. Apabila guru mengajar dengan memperlihatkan proses perubahan warna makanan setelah dereaksikan dengan zat khusus, berarti dia menggunakan metode demonstrasi dan metode ceramah. Seperti pada metode demonstrasi, ketika guru menggunakan metode ekspositori, benda yang akan diperagakan harus diletakkan pada tempat yang dapat dilihat oleh seluruh siswa, dan benda tersebut harus cukup besar.
c) Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri. Dengan melakukan eksperimen, siswa akan menjadi lebih yakin atas suatu hal dari pada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Kekurangan metode eksperimen ini adalah menuntut berbagai peralatan yang terkadang tidak mudah diperoleh. (Rutaman dkk, 2003:129)

B. Kerangka Konseptual

Agar lebih mudah menangkap alur berfikir peneliti tentang pemasalahan penelitian ini, maka dapat dilihat bagan dibawah ini:
Kenyataan
Kondisi Ideal
Pelaksanaan Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi
Guru mengetahui dan menguasai alat dan bahan praktek di Laboratorium
Melengkapi Laboratorium dengan perpustakaan mini
Guru mengetahui dan menguasai fungsi Laboratorium
Guru mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi yang terkait dengan Laboratorium
Mengeksplorasi lingkungan sekitar/alam terbuka sebagai sarana Laboratorium
Mengadakan anggaran yang memadai secara kontinyu dan pasti dalam rangka pengadaan alat dan bahan, peningkatan profesionalisme guru dan laboran, serta kerjasama antara Laboratorium sekolah, perusahaan dan industri terkait
Mengadakan seminar atau diskusi hasil praktik/percobaan di Laboratorium
Mengadakan kerjasama dengan Laboratoium sekolah lain/perusahaan lain dalam rangka pengembangan Laboratoium
Guru memotivasi dan membekali pengetahuan serta keterampilan siswa dalam pemanfaatan Laboratorium
Guru membuat jadwal kunjungan ke Laboratorium secara terecana dan terarah
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?


























Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konseptual


III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat, meninjau, melukiskan dan menggambarkan tentang suatu objek yang diteliti sebagai mana adanya pada saat penelitian berlangsung. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka nantinya akan dapat dilihat gambaran/informasi tentang pelaksanaan kegiatan Laboratorium dalam pembelajaran Biologi di SMAN se-kota Padang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN se-kota Padang. Jumlah SMAN se-kota Padang sekarang sudah 16 buah sekolah. Namun hanya 15 buah sekolah yang dijadikan tempat penelitian, karena SMAN 16 Padang baru pindah ke gedung sendiri pada semester Juli-Desember 2007. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini dengan jumlah yang terhingga, artinya jumlah anggotanya tertentu dan dapat dihitung.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian Tinjauan Pelaksanan Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi di SMAN Se-Kota Padang

No.
Nama Sekolah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SMAN 1 Padang
SMAN 2 Padang
SMAN 3 Padang
SMAN 4 Padang
SMAN 5 Padang
SMAN 6 Padang
SMAN 7 Padang
SMAN 8 Padang
SMAN 9 Padang
SMAN 10 Padang
SMAN 11 Padang
SMAN 12 Padang
SMAN 13 Padang
SMAN 14 Padang
SMAN 15 Padang

2. Sampel
Populasi penelitian terbagi atas 15 gugus/kelompok yaitu mulai dari SMAN 1 Padang sampai dengan SMAN 15 Padang. Dalam upaya untuk mengatasi kendala dari segi biaya, tenaga, bahan dan waktu, peneliti hanya melakukan pengamatan terhadap sebagian dari populasi penelitan dengan syarat bersifat representatif terhadap populasi penelitian. Menurut Gay dalam buku ajar Metodologi Penelitian dari Lufri (2005: 89) mengatakan bahwa untuk penelitian deskriptif sampel 10% dari populasi merupakan batasan minimum, dan untuk populasi yang lebih kecil, diperlukan jumlah sampel 20% dari populasi.
Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah teknik pengambilan sampel gugus/kelompok (cluster sampling). Dari 15 buah SMAN se-kota Padang, peneliti hanya mampu meneliti 20%-nya, yaitu 3 buah sekolah. Untuk menetukan 3 buah sekolah mana yang akan dijadikan sampel penelitian ini, sebelumnya penulis mengelompokkan sekolah-sekolah tersebut menjadi 2 bagian yaitu sekolah yang berada di pusat kota dan yang berada di pinggiran kota agar sampel penelitian ini bersifat representatif terhadap populasi penelitian. Sekolah yang berada di pusat kota adalah SMAN 1 Padang, SMAN 2 Padang, SMAN 3 Padang dan SMAN 10 Padang, sedangkan 11 buah sekolah yang lainnya adalah sekolah yang berada di pinggiran kota. Dengan demikian, penulis mengambil secara acak 1 buah sekolah yang yang berada di pusat kota dan 2 buah sekolah yang berada di pinggiran kota untuk memenuhi 3 buah sekolah yang akan dijadikan sampel penelitian sesuai dengan perbandingan jumlah sekolah pada masing-masing kelompok sekolah tersebut. Setelah dilakukan pengambilan secara acak, maka didapatkan SMAN 2 Padang sebagai wakil dari sekolah yang berada di pusat kota serta SMAN 7 Padang dan SMAN 11 Padang sebagai wakil dari sekolah yang berada di pinggiran kota sebagai 3 buah sekolah yang akan menjadi sampel penelitian ini. Jadi, total sampel penelitian ini adalah semua guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN 2 Padang, SMAN 7 Padang dan SMAN 11 Padang.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian Tinjauan Pelaksanan Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi di SMAN Se-Kota Padang

No.
Nama Sekolah
1
2
3
SMAN 2 Padang
SMAN 7 Padang
SMAN 11 Padang

C. Variabel dan Data

1. Variabel
Variabel merupakan objek penelitian yang mempunyai nilai yang bervariasi. Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan Laboratorium dalam pembelajaran Biologi.
2. Data
a) Jenis Data
Data merupakan informasi yang akan diolah yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat dari hasil pengisian kuisioner/angket oleh responden.
b) Sumber Data
Sumber data yang dimaksud di sini adalah responden yang mengisi kuisioner/angket yang diberikan. Adapun responden yang mengisi kuisioner/angket yang diberikan dalam penelitian ini adalah semua guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN 2 Padang, SMAN 7 Padang dan SMAN 11 Padang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel gugus/kelompok (cluster sampling).
Sebenarnya, sumber data dan informasi dalam penelitian ini sangat banyak, seperti kepala sekolah, wakil bidang kurikulum, wakil bidang sarana dan prasarana, pengelola laboratorium, guru bidang studi Biologi dan siswa-siswi. Disini, penulis beranggapan bahwa yang paling tahu tentang pelaksanaan kegiatan Laboratorium dalam pembelajaran Biologi oleh sekolah adalah guru bidang studi Biologi itu sendiri.
c) Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan mengedarkan kuisioner/angket ke semua guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN 2 Padang, SMAN 7 Padang dan SMAN 11 Padang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel gugus/kelompok (cluster sampling).

D. Instrumentasi

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner atau angket. Angket yang digunakan adalah angket dengan alternatif jawaban yang disediakan (angket tertutup) dengan menggunakan skala Likhert.
1. Penyusunan Angket
Langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:
a) Mengadakan identifikasi terhadap variabel yang ada dalam rumusan penelitian.
b) Menentukan indikator sesuai dengan variabel penelitian.
c) Menjabarkan indikator menjadi butir soal/item berupa pernyataan-pernyataan. Setiap pernyataan angket yang dibuat disediakan 5 alternatif jawaban yaitu: Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (J), Sangat Jarang (SJ) dan Tidak Pernah (TP). Masing-masing pernyataan akan diberi skor. Jawaban pernyataan yang positif diberi skor secara berurutan: 4, 3, 2, 1 dan 0, sebaliknya untuk pernyataan yang negatif diberi skor secara berurutan: 0, 1, 2, 3 dan 4.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Tinjauan Pelaksanan Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi di SMAN Se-Kota Padang

Obyek Penelitian/Variabel Penelitian
Indikator Variabel Penelitian
Jml. Item
No. Item
Pelaksanaan Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi
Guru mengetahui dan menguasai fungsi Laboratorium.
3
1, 2, 3
Guru mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi yang terkait dengan Laboratorium.
1
4
Guru mengetahui dan menguasai alat dan bahan praktek di Laboratorium.
2
5, 6
Guru membuat jadwal kunjungan ke Laboratorium secara terecana dan terarah.
4
7, 8, 9, 10
Guru memotivasi dan membekali pengetahuan serta keterampilan siswa dalam pemanfaatan Laboratorium.
5
11, 12, 13, 14, 15
Melengkapi Laboratorium dengan perpustakaan mini.
1
16
Mengadakan seminar atau diskusi hasil praktek/percobaan di Laboratorium.
1
17
Mengeksplorasi lingkungan sekitar/alam terbuka sebagai sarana Laboratorium.
1
18
Mengadakan kerjasama dengan Laboratoium sekolah lain/perusahaan lain dalam rangka pengembangan Laboratorium.
2
19, 20
Mengadakan anggaran yang memadai secara kontinyu dan pasti dalam rangka pengadaan alat dan bahan, peningkatan profesionalisme guru dan laboran, serta kerjasama antara Laboratorium sekolah, perusahaan dan industri terkait.
3
21, 22, 23

2. Uji Coba Angket
Sebelum digunakan untuk penelitian, angket yang baik adalah angket yang sudah diujicobakan dahulu, yaitu kepada beberapa orang guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN se-kota Padang yang bukan termasuk dalam sampel penelitian. Uji coba angket ini dilakukan kepada semua guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN 3 Padang. Penulis beranggapan bahwa guru-guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN 3 Padang mampu mewakili guru-guru bidang studi Biologi yang masih aktif di SMAN se-kota Padang yang sebelumnya penulis kelompokkan ke dalam 2 kelompok yang bereda yaitu sekolah yang berada di pusat kota dan yang berada di pinggiran kota.
Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman responden terhadap instrumen dan mengetahui reliabilitas instrumen. Kemudian diidentifikasikan kelemahan-kelemahannya seperti pada maksud pernyataan, bahasa yang dipakai, model jawaban maupun keseluruhan format angket untuk dilakukan perbaikan, sehingga didapat alat ukur yang memenuhi syarat.
3. Analisis Hasil Uji Coba Angket
Setelah uji coba angket, maka dilaksanakan analisis reliabelitas angket. Untuk menguji reliabilitas pernyataan angket digunakan rumus Alpha seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2002:171):
Keterangan:
rii = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan
= Jumlah varian skor tiap-tiap butir
= Varian skor butir total

Varians skor tiap-tiap butir dicari dengan rumus:
Keterangan:
= Varian skor tiap-tiap butir
x = Skor butir
N = Jumlah responden

Sedangkan varians skor butir total dicari dengan rumus:
Keterangan:
= Varians skor butir total
X = Skor total
N = Jumlah responden

Varian skor tiap-tiap butir dijumlahkan dan setelah didapatkan varian skor butir total, dimasukkan kedalam rumus Alpha. Adapun kriteria nilai reliabilitas sebagai berikut:
0,00-0,20 = Sangat rendah
0,21-0,40 = Rendah
0,41-0,60 = Cukup
0,61-0,80 = Tinggi
0,81-1,00 = Sangat tinggi
Makin tinggi nilai reliabelitas, berarti makin rendah kesalahan pengukuran.

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan tujuan dan jenis penelitian, maka tekhnik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan Rumus persentase yang dimodifikasi dari Sudjana (1990: 130):
dimodifikasi
Keterangan:
P = Persentase yang dicari
= Jumlah skor
N = Jumlah responden
ST = Skor tertinggi untuk setiap item

Setelah didapatkan persentase masing-masing jawaban dilanjutkan dengan mencari persentase rata-rata dari masing-masing indikator dan variabel. Kategori yang dipakai adalah sebagai berikut:
81-100% = Sangat Tinggi
61-80% = Tinggi
41-60% = Sedang
21-40% = Rendah
0-20% = Sangat Rendah

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan permasalahan yang akan diteliti.
2. Mengurus semua urusan administrasi yang berhubungan dengan penelitian.
3. Mencari bahan kajian pustaka yang mendukung penelitian.
4. Membuat proposal penelitian.
5. Membuat angket penelitian.
6. Melakukan uji coba angket penelitian.
7. Menganalisis dan merevisi angket penelitian.
8. Mengambil data melalui angket penelitian.
9. Menganalisis data.
10. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari analisis data.
Figure 1

1 komentar:

diahelmawati mengatakan...

Mas Cahyono, tlong saya minta daftar kepustakaan yang digunakan dalam menyusun tulisan ini berhubung ada hubungan dgn tgs saya.